Kamis, 07 Maret 2013

Segalanya Tentang Wanita Shalihah


Berhias Bagi Kaum Wanita

Nabi saw berkata kepada Umar Radhiallahu anhu.," Maukah kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang? Ia adalah wanita sholehah, yaitu jika suami memandangnya, maka ia menyenangkannya."

Syaikh Abdul Halim Hamid menyatakan, bahwa Islam mengangkat tinggi-tinggi derajat berhias seorang wanita. Wanita yang memperhatikan dandanannya dan mempercantik diri di hadapan suaminya untuk menciptakan rasa suka cita, dinilai oleh Islam sebagai wanita sholehah, yaitu sebagai sebaik-baik perhiasan dunia.
Sedangkan Syaikh Ahmad Alqet mengatakan bahwa sudah menjadi fitrah wanita untuk merawat tubuh, kecantikan dan keserasian busananya, sehingga masa-masa remaja wanita relatif digunakan untuk menarik perhatian lelaki guna mempertautkan hatinya dengan lelaki idaman yang dirasa sanggup menitipkan dirinya melaui jalan syari'ah. Bila hal ini belum tercapai, maka biasanya mereka mengerahkan segala kemampuan dan kepandaiannya untuk menjaga kecantikan yang menjadi jaminan masa depan.

Dalam kitab " Kaifa Tus'idu Zaujatak", dikatakan bahwa Islam juga menghimbau wanita agar berdandan dengan sopan dan tidak menimbulkan murka Allah serta fitnah sesama manusia. Syaikh Abdul Halim Hamid menasehatkan agar wanita hendaknya menjadi ratu kecantikan dan keindahan di rumahnya, membuat ridha Rabb-Nya dan menciptakan kebahagiaan bagi suaminya.
Fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat dan melindungi tubuh dari hal-hal yang bisa merusak. Berhias tidaklah dilarang jika maksudnya untuk menyatakan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, namun menjadi terlarang jika dimaksudkan untuk menyombongkan kekayaan, membangkitkan kegemaran bersolek atau sekedar pamer kekayaan. Oleh sebab itu, Islam membolehkan kaum wanita memakai emas dan pakaian dari sutra, sedangkan bagi kaum laki-laki adalah diharamkan. ( Kitab Al Muntaqal Akhbar ).

Atas maksud itulah, terdapat beberapa anjuran atau pedoman bagi kaum wanita sholehah dalam berhias/ berdandan, yaitu:

1. Jangan bertabarruj
Firman Allah, " ..dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu..." ( Al Ahzab : 33 )

Qatadah Radhiallahu anhu menyatakan bahwa mereka adalah para wanita yang berjalan dengan lenggak lenggok. Abu Najib Rahmatullah 'alaih mengatakan bahwa mereka adalah wanita yang berjalan dengan kebanggaan. Al Farabi Rah.a. berpendapat bahwa mereka adalah wanita yang berpakaian tipis sehingga tampak kulit badannya. Dan yang pasti, alim ulama berpendapat," Mereka adalah wanita yang keluar rumah dan berjalan untuk menarik perhatian orang lain selain suaminya."

Imam Mujahid Rah.a. berkata, bahwa "Tabarruj" yaitu wanita yang bersolek, berhias diri, memperlihatkan perhiasan dan kecantikannya kepada para lelaki. Mereka tidak memiliki rasa malu kecuali sedikit, mereka berjalan di antara para lelaki, berlenggak lenggok, berdesak-desakan dengan para laki-laki di pasar-pasar, berjalan di depan para lelaki di jalan-jalan dan di masjid-masjid. Pada malam hari berjalan di tempat yang terang untuk memperlihatkan perhiasan dan kecantikannya kepada orang-orang. Inilah yang dilakukan oleh para wanita jahiliyah. Dan Al Qur'an telah melarang wanita muslimah berbuat demikian.

Timbul pertanyaan: Apakah manfaat dan untungnya kecantikan, keindahan serta dandanan jika ternyata tidak disukai oleh Allah swt, bahkan harus menerima murka-Nya?? Di sinilah banyak kaum wanita yang tertipu, mereka ingin dipuji dan disenangi oleh makhluq tetapi lupa bagaimana agar Khaliq pun menyenangi dan memujinya.

Terdapat berbagai akibat dari perbuatan tabarruj kaum wanita, di antaranya adalah:
a. Akan merebak dan terbukanya pintu perzinaan. Inilah akibat utama dari tabarruj, yang pada masa ini semakin merebak.
b. Timbul hawa nafsu yang tidak terkendali
c. Merendahkan derajat wanita itu sendiri.
d. Meruntuhkan akhlaq dan moral manusia.
e. Menimbulkan kebiasaan buruk seperti onani. liwath dan sebagainya.
f. Bahaya dari orang-orang jahat akan lebih mengancam ketenangan dan keamanan kaum wanita.
g. Meruntuhkan kekuatan rohani.
Dan tentunya nanti di akhirat pun pasti akan mendapatkan balasan atas segala perbuatannya tersebut.

Imam Al Ghazali Rah.a. mengingatkan bahwa banyak kaum wanita yang menyibukkan diri mereka dengan merias dan mempercantik diri untuk membahagiakan suami, tetapi mereka lupa untuk merubah sifat dan akhlaq mereka.
Para wanita rela mengorbankan uang yang demikian banyak hanya untuk menjaga keindahan dan kecantikan tubuh mereka, tetapi mereka melupakan keindahan dan kecantikan rohani mereka. Rohani mereka dibiarkan sengsara, sehingga akhlaq dan keimanan pun tidak terbina. Padahal lemahnya iman dan rusaknya akhlaq adalah malapetaka yang besar bagi dunia ini.

2. Jangan Menyerupai Lelaki.
Dari 'Aisyah R.A., Rasulullah saw bersabda," Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki." ( Muslim, Abu Daud ).
Hadits lainnya, Nabi saw bersabda," Allah swt melaknat wanita yang menyerupai lelaki dan lelaki yang menyerupai wanita." ( Abu Dawud, Tirmidzi ).

Seorang lelaki berkata," Ketika aku sedang bersama Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, ia melihat Ummu Sa'id binti Abu Jahal yang di lehernya tergantung busur dan ia berjalan dengan gaya laki-laki. Lalu Abdullah berkata," Siapakah perempuan itu?" Dijawab," Itu adalah Ummu Sa'id binti Abu Jahal". Maka Abdullah berkata," Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda," Bukan dari ummatku wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita."

Pada jaman ini, karena lemahnya dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar dalam diri ummat Islam, sehingga Islam telah jauh dari kehidupan manusia, sehingga apa-apa yang menjadi batasan-batasan antara laki-laki dan wanita pun sudah sulit untuk dibedakan. Padahal dalam sholat saja, Rasulullah saw sudah membedakan aturan shalat bagi wanita dari lelaki. Begitu juga dalam cara duduk, berjalan, berpakaian, rambut dan amalan-amalan lainnya.

3. Jangan Merubah Ciptaan Allah

Read More or Baca Lebih Detil..

RABU, 28 JULI 2010

Aurat Wanita

Dari Ibnu Mas'ud ra., Rasulullah saw bersabda, "Wanita itu seluruhnya aurat." (Thabrani).
Aurat menurut bahasa adalah sesuatu perkara yang malu jika diperlihatkan. Atau bisa juga disebut, sesuatu yang menjadi aib atau cela jika diperlihatkan. Oleh sebab itu, seseorang yang menampakkan auratnya di depan yang lainnya, adalah mereka yang tidak memiliki rasa malu, atau mereka yang memiliki aib.
Allah swt. berfirman, "Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukminin, hendaknya mereka memanjangkan jilbab mereka ke seluruh tubuh. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, dan karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Ahzab: 59).
Syaikh Rasyid Ridha, dalam kitabnya 'Nida Lil Jinsil Lathif menerangkan latar belakang turunnya ayat ini, bahwa sebelum ayat ini diturunkan, kaum wanita mukminat biasa rnengenakan pakaian seperti lazimnya wanita-wanita non-muslimah pada masa jahiliyah, yaitu terbuka leher dan sebagian dada-dada mereka. Hanya sesekali mereka rnengenakan jilbab, itu pun tidak merata. Jilbab adalah sejenis pakaian luar yang menutupi seluruh anggota tubuh. Jika mereka merasa perlu mereka memakainya, tetapi jika tidak, mereka tidak akan memakainya. Orang-orang yang usil, lantas mengganggu mereka lantaran wanita-wanita itu disangka amat (hamba sahaya wanita). Sebab memang 'amatlah yang sering kali sengaja mempertontonkan sebagian dari anggota tubuh mereka. Kebiasaan itulah yang kemudian dijadikan sarana oleh kaum munafik untuk mengganggu kaum wanita mukminah, termasuk istri-istri Nabi. Dan mereka beralasan bahwa mereka menyangka wanita-wanita itu adalah amat. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kepada seluruh wanita mukminah agar memanjangkan jilbab-jilbab mereka dengan menutup kepala, leher sampai dada mereka. Dengan demikian mereka dapat mengenali bahwa wanita-wanita yang memakai jilbab adalah wanita-wanita mukminah.
Menutup aurat bagi wanita adalah hikmah dari Allah Ta'ala untuk menyelamatkan kaum wanita dari bahaya fitnah. Sebagaimana ditegaskan oleh Umar bin Khattab ra., beliau berkata, "Bertaqwalah kepada Allah Tuhan kalian. Dan jangan biarkan istri dan anak perempuan kalian mengenakan pakaian Qibthi, karena sekalipun tidak tipis namun ia dapat menimbulkan rangsangan dan mengundang fitnah." (Tarikh At Thabari: IV/215).
Dr. Anwar Jundi menulis, bahwa Islam menekankan agar wanita melindungi diri dengan cara memakai pakaian yang menutup seluruh auratnya, mengharamkan berduaan dengan pria yang bukan mahramnya, dan seluruh aktifitas yang akan mendatangkan maksiat. Usaha-usaha ini adalah untuk menyelamatkan wanita dari fitnah, dan menyelamatkan masyarakat dari fitnah wanita.
Beliau menambahkan bahwa dengan beragam cara pula musuh-musuh Islam mempropagandakan 'bugilisme'. Mereka mencanangkan falsafah buruk yang lepas dari norma-norma masyarakat. Mereka menciptakan rancangan pakaian dengan tidak membedakan mana pakaian untuk pria dan mana pakaian untuk wanita, sehingga tidak ada lagi garis pembeda yang memisahkan di antara keduanya. Akibatnya, perbuatan haram pun berkembang, yaitu wanita nampak seperti pria atau pria nampak seperti wanita. Hal ini karena dipengaruhi oleh mode pakaian.


Jika Wanita Sholehah Cemburu Kepada Suami

Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan rasa cemburu pada diri wanita dan jihad pada diri laki-laki. Siapa di antara wanita tadi yang sabar dalam menghadapinya dengan penuh iman dan ihtisab, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mati syahid." ( Hadits Riwayat Thabrani).
Nabi saw, bersabda, "Sesungguhnya aku sangat cemburu, dan tiada seorang pun yang tidak cemburu melainkan terbalik hatinya." ( Hadits Riwayat Al Bazzar dan Daruquthni).

Cemburu adalah sifat fitrah bagi manusia, maka wanita yang tidak memiliki rasa cemburu dapat dikatakan tidak sesuai dengan fitrahnya. Allah swt. telah menyamakan antara cemburu pada wanita dengan jihad pada lelaki. Itu adalah suatu nikmat yang besar. Di samping akan mendapatkan pahala sabar dan mati syahid, juga dengannya Allah swt. akan menambahkan rasa kasih dan sayang di antara suami istri, yaitu jika rasa cemburu tersebut dilapisi dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, Sesungguhnya sebagianprasangka itu adalah dosa." (Al-Hujurat: 12).

Abdullah bin Ja'far berwasiat kepada putrinya, "Hati-hatilah terhadap rasa cemburu karena sungguh ia merupakan awal perceraian, dan hindarilah banyak cemberut karena ia adalah pemicu kebencian. Usahakanlah untuk selalu mengunakan celak karena ia sebaik-baik perhiasan, dan wewangian adalah air."
Hendaknya sedang-sedang saja dalam cemburu, yaitu tidak dalam urusan yang ditakutkan keburukannya. Juga tidak terlalu berlebihan, sehingga berburuk sangka, mencari-cari ketergelincirannya dan mengintai-intai batinnya.

Al-Ghazali rah.a. menulis bahwa cemburu yang melampaui batas sehingga seolah-olah sangat diyakini olehnya, itu sangat dilarang keras dalam agama, sebab termasuk ke dalam ber-suuzhan kepada orang lain.

Seorang wanita berkata kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, Sesungguhnya aku mempunyai seorang madu, apakah aku berdosa jika kukatakan bahwa suaminya telah memberiku sesuatu, padahal ia tidak memberi apapun kepadaku?" Beliau menjawab, "Orang yang pura-pura menerima sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, seperti orang yang mengenakan dua pakaian palsu."
Maksudnya, kecemburuannya telah ia iringi dengan perbuatan bohong dan menipu diri sendiri dan orang lain. Hal ini adalah perbuatan dosa.

Jika Bertengkar dengan Suami

Ada saatnya, di mana pasangan suami istri diuji dengan ketidakcocokan satu sama lainnya dalam suatu hal. Sebagai wanita shalihah, hendaklah selalu menjaga adab serta kesopanan dalam berbicara ataupun bertingkah laku. Kehormatan suami sebagai pimpinan keluarga tetap dijunjung tinggi. Rasulullah saw bersabda, "Istri yang mau menerima sifat pemarah suaminya, akan diberi ganjaran oleh Allah dengan ganjaran yang sama seperti yang diberikan kepada Asiah binti Muzhahim (istri Firaun)." ( Kitab Biharul Anwar, 247).

Rasulullah saw. bersabda, "Bila dua orang muslim tidak saling berbicara selama dua hari, maka keduanya telah keluar dari Islam, dan tidak akan ada persahabatan yang tersisa pada mereka. Dan salah seorang dari mereka yang mempunyai maksud untuk berbaik kembali akan masuk surga lebih cepat daripada yang lainnya pada hari Hisab." ( Biharul Anwar, 103).
Juga sebagai seorang wanita shalihah hendaknya memahami dengan benar aturan Allah dalam hal berselisih di antara suami istri. Jika perselisihan ini disebabkan . nusyuz-nya istri, maka Allah memerintahkan beberapa jalan yang harus ditempuh oleh suami dalam memperbaikinya. Yaitu dengan cara; 1. Memberi nasehat, atau 2. Berpisah tempat tidur, atau 3. Pukulan (yang tidak menyakitkan). Peraturan ini telah diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya: "Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur, dan pukullah mereka. " (An-Nisa: 34) .
Tentu sebagai wanita shalihah, bila terjadi perselisihan, dan kesalahan di pihak kita, maka cukup dengan nasehat. Lalu segera memperbaiki diri, bertaubat dan beristighfar kepada Allah. Hendaklah jangan sekali-kali terlontar ucapan kotor dan menyakitkan suami dari mulut kita. Diriwayatkan bahwa Laqit bin Shabirah ra. bertanya kepada Nabi saw., "Ya Rasulullah, aku mempunyai istri yang lisannya suka mengeluarkan kata-kata yang tidak baik." Sabda beliau, "Ceraikanlah ia." Aku berkata, "Aku mempunyai anak darinya dan aku telah hidup bersamanya lama sekali." Sabda beliau, "Nasehatilah ia, jika ia mau menerima nasehat, maka terimalah. Dan jangan kamu memukul istrimu sebagaimana kamu memukul budak-budakmu." (AbuDawud).


Setia terhadap Suami

Bakti istri terhadap suami yang selanjutnya adalah kesetiaan. Apapun keadaan suami, baik miskin, kaya, sakit, sehat, ketika ada, ataupun tidak ada seorang wanita shalihah tetap menjaga kesetiaannya terhadap suami. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya setia dengan janji (termasuk akad nikah) adalah sebagian dari iman." (Hakim, Baihaqi).

Nabi saw. bersabda, 'Tiga hal tergolong kebahagiaan, yaitu: istri yang bila kau pandang menyenangkan, apabila kau tinggal pergi engkau merasa yakin akan kesetiaannya. Dan tiga hal yang tergolong kesengsaraan, yaitu: istri yang apabila engkau pandang menjemukan, lisannya selalu mengumpatmu, dan jika engkau pergi tidak merasa aman atas dirinya (khawatir khianat) ." (Hakim) .
Mengenai hal ini ada suatu kisah, bahwa Aisyah ra. berkata, "Ketika ahlu Makkah ditawari untuk menebus tawanan-tawanannya, diutuslah Zainab binti Rasulullah saw. untuk menebus suaminya Abul 'Ash bin Rabi' dengan hartanya. Dengan membawa kalung perhiasan milik ibunya Khadijah ra., ia pun masuk membawa kalung itu untuk menebus Abul 'Ash. Ketika Nabi saw. melihatnya, beliau sangat terharu, dan berkata, "Bagaimana pendapat kalian jikalau ia dibebaskan dan tebusannya dikembalikan kepada Zainab." Mereka menjawab, "Boleh." Maka Nabi saw. membawanya, dan menjanjikan untuk membiarkan Zainab bertemu suaminya. Lalu Beliau saw. mengutus Zaid bin Haritsah dan seorang Anshar sambil berkata, "Aku harap kalian terus berada di Banu Yajuj hingga Zainab melewati kalian berdua." Akhirnya mereka berdua mendampinginya dan datang bersama Zainab." (Abu Dawud) .


Panduan Berjima'/ Berhubungan Intim dengan Suami

Rasulullah saw. bersabda,
"Sebaik-baik wanita di antara kalian ialah yang paling menjaga dan paling pandai membangkitkan syahwat. Paling menjaga kemaluannya dan paling pandai menggairahkan syahwat suaminya." (Dailami).

Yang paling menjaga maksudnya adalah menjaga aurat serta kehormatannya dari lelaki yang bukan mahram. Sedangkan Yang pandai menggairahkan syahwat' hanyalah ditujukan kepada suaminya. Inilah istri yang paling baik. Yaitu pandai menggoda, pandai menghibur, pandai merayu, pandai bersolek, dan berdandan di hadapan suaminya. Rasulullah saw. bersabda kepada Jabir ra., "Alangkah baiknya jika istrimu itu seorang gadis yang kamu dapat bermain-main dengannya dan ia dapat bermain-main denganmu." (Bukhari, Muslim)

Anjuran yang utama bagi seorang wanita shalihah dalam masalah jima' dengan suami adalah jangan menunda-nunda jika suami mengajak berhubungan badan, apalagi menolaknya ketika ia dalam keadaan sehat, karena menyegerakan keinginan suami dalam urusan tempat tidur (Hubungan intim') adalah sangat besar pengaruhnya dalam hubungan cinta kasih antara suami istri. Rasulullah saw. bersabda, "Seorang wanita itu datang dalam bentuk syetan, maka ketika salah seorang dari kalian melihat wanita yang memikatnya, segeralah mendatangi istrinya, karena hal itu dapat meredam gejolak yang ada di dalam dirinya." (Muslim).

Rasulullah saw. bersabda, "Allah melaknat istri yang suka berkata, “Nanti. nanti' (dalam memenuhi ajakan suaminya)." (Thabrani).

Panduan Berdandan Untuk Suami

Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah seorang mukmin lebih mengambil manfaat setelah ketaqwaan kepada Allah yang baik baginya, daripada istri shalihah. Jika diperintah ia taat, jika suaminya melihatnya akan menyenangkannya." (Ibnu Majah).

Syaikh Abdul Halim Hamid menasehati para istri, "Hendaklah sang istri menjadi ratu kecantikan dan keindahan di rumahnya, membuat keridhaan Rabbnya dan menciptakan kebahagian bagi suaminya." Islam mengajarkan wanita muslimah agar berhias dan berdandan, memakai minyak wangi, bersolek, dan sebagainya. Tetapi dengan catatan bahwa itu semua hanya ditujukan kepada suami. Dan melarangnya, jika dilakukan untuk selain suami.

Ibnu Jauzi rah.a. menjelaskan tentang berdandan seorang wanita di hadapan suaminya, katanya, "Setelah usai penciptaan dan sempurna kebagusannya, ia dituntut untuk selalu berada pada kondisi berhias dan bersih. Dengan menggunakan perangkat-perangkat kosmetika, beragam pakaian, dan aneka model dandanan yang cocok untuk selera suami." Sedangkan Syaikh Abdul Halim Hamid memberikan beberapa nasehat untuk para istri dalam hal berdandan; Hati-hatilah agar jangan sekali-kali pandangan suami jatuh pada sesuatu yang dibencinya, seperti: kotoran dan bau yang tidak sedap atau sifat-sifat yang menyebalkan. Bervariasilah dalam berdandan dan dalam menggunakan parfum, karena dalam variasi ada kesegaran dan daya tarik. Berupayalah memenuhi selera suami, meliputi: warna baju, jenis kain serta modelnya, aroma parfum, model rambut, dan lain-lain dandanan seperti celak dan pacar (pemerah kuku) .

Ada seorang wanita bertanya kepada Aisyah ra. tentang pacar, maka ia menjawab, "Tidaklah mengapa, tetapi saya tidak menyukai-nya karena kekasihku (Nabi saw.) dahulu membenci baunya." (Abu Dawud, Nasa'i).

Di dalam Tathul Qadir' disebutkan bahwa alim ulama berkata, "Berdandannya seorang wanita dan mengharumkan tubuhnya dengan wewangian adalah faktor utama yang dapat mengokohkan bangunan cinta kasih antar suami istri, dan dapat menjauhkan perasaan benci dan enggan di antara mereka, karena mata dan hidung adalah jendela hati. Darinyalah cinta keluar. Sedang jika (suami) melihat pandangan yang menyebalkan atau sesuatu yang tidak disukai olehnya, meliputi pakaian dan dandanan istrinya, maka hal itu akan berkesan juga dalam hatinya, dan lahirlah rasa benci dan enggan pada istrinya."

Seorang wanita shalihah juga pandai dalam memilih waktu yang tepat untuk berhias dan memakai wewangian agar dapat menarik dan memikat hati suami, di antaranya adalah: (a) Pada waktu istirahat, (b) Pada waktu bercanda dan mengobrol dengan suami, (c) Pada waktu anggota tubuh banyak dalam keadaan terbuka (sebelum Shubuh, istirahat siang, dan setelah Isya), (d) Ketika akan berjima' dengan suami.
Namun jangan berhias dengan berlebihan. Seperti menggunakan uang terlalu banyak untuk biaya berhias, memakan waktu berjam-jam untuk berhias, dan sebagainya, karena hal tersebut termasuk dalam perbuatan mubadzir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar